Senin, 13 November 2017

Bilang
HORASS
 versi orang jawa 




Bilang Horas tapi merdok (awas d antup tawon).Kali ini tekad membawa an ke Medan, kota terbesar setelah Jakarta dan Surabaya.Mimpi Konyol akhirnya nyata, menginjakkan kaki di Bandara Kuala Namu. Memang menurut beberapa orang terkesan biasa aja (contohnya orang medan), karena pada saat pembangunan cukup viral yang dulunya di dekat kota yaitu Bandara Polonia kemudian pindah di Pinggir kota, pinggir banget. Nah uniknya dari Bandara Kuala Namu ini ada kereta menuju Medan (tapi an ngga naik hiks, dijemput mobil).

Day 1

Perjalanan di medan ngga lama, nyicip-nyicip becak motor, terus lebih banyak jalan cari kuliner. Mampirlah kita di outlet Bolu Meranti, variannya macem-macem dan yang tak terlupakan pie DURIAN. ya salaaammm...Nikmat manakah yang kau dustakan??? Ntar kalo ke Medan coba deh k Outlet sini.Kemudian makan malem di daerah Gajah Mada, ngga kalah seruu kulinernya. Menu bebek sambel Ijo, bebeknya empuk ngga bau aneh yang paling penting bumbunya asoyy... Selain itu, ada Rahmat International Wildlife Museum, Istana Maimun, katanya masih banyak lagi hanya saja ngga di jantung Kota Medan, naik kendaraan mungkin 3 jam.Secara keseluruhan an mengamati berbagai hal, dan menemukan fakta bukan katanya lagi. Such as, orang medan memang bicaranya keras tapi mereka ramah-ramah, pernah dengar menurut banyak orang galak. Setelah diamati ternyata memang tidak bisa di generalkan. Selain itu, kepercayaan dalam memegang teguh budaya setempat (Budaya Patrilineal, laki-laki menjadi kebanggaan keluarga dan penerus keturunan), bahkan dapat cerita juga kalo pernikahan dengan orang luar batak harus ganti marga suami di daerah tertentu, melalui selamatan. ini sekedar opini, penasaran??? lets traveling



Day 2
Jam 06.00 lanjut perjalanan ke Danau Toba, lewat Berastagi.Hal yang cukup sulit setelah meninggalkan Medan bagi seorang Muslim yaitu mencari makanan halal. Kami mengisi amunisi dulu di Rumah Makan Muslim, menunya lagi-lagi masakan padang. Disaat seperti ini betapa rindunya sama tempe mendoan. Sepanjang kawasan Medan hingga Berastagi bisa dihitung berapa banyak Rumah Makan Muslim.Setelah 3 jam perjalanan sampailah di Berastagi.aaaahhhhh surgaaa.Mampir ke pasar Berastagi, so awesome. Pasarnya bersih, ngga ada bau busuk, kebanyakan menjual sayur dan buah organik, harganya di bawah rata-rata. Sedikit ngobrol dengan penjual, ini ngga pake pestisida kak, cantik banget sayurannya?? kata dia" mana ada yang jual pupuk di sini kak, jauh beli nya". Bikin ketawa aja, bener juga sik....Suhunya sejuk mungkin ini seperti Puncaknya Bogor hehe...

Bagaimana pun negeri tropis ini memang berdampak pada kontur yang naik turun,alhasil jalanannya pun bikin serem. Bebas macet jalanan sini, tapi ternyata harus lebih bersabar karena jalurnya mirip labirin, mungkin ini juga yang bikin waktunya lama.

Destinasi Selanjutnya Danau Toba.
Yap... Danau di atas bukit, cantiknyaaa...ada jembatan yang menghubungkan dari Pulau Sumatera ke Samosir. Sampailah kita di Menara Pandang Tele Samosir...cuacanya mendung tapi tidak mengurangi hamparan danau yang kelihatan dari atas bukit dan dikelilingi bukit teletubbies hehe...
Mayoritas di sini katolik mungkin juga masih memegang teguh budaya nenek moyang, dengan backsound lagu batak mengelilingi pulau Samosir.
Ada pemandian Air Hangat di Pulau Samosir asli masih natural bau belerang. Spot yang bisa buat foto di Pandang Tele, kalo an lebih nikmatin eksotisnya kearifan budaya setempat.
Lanjut Nyebrang ke Tomok yess jadi start nya dari Parapat.
sebaiknya nyebrang sebelum jam 5 Sore karena kapal feri nya dapat yang besar, kapasitas sekitar 30 untuk mini bus. kalo kontainer mungkin hanya di batasi 3.


Wallahu'alam, masih miskin ilmu tapi jangan lelah untuk selalu mengembara.

Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan

HOW WONDERFULL INDONESIA

Solo Backpacking ke Singapura: Mampir ke 4 Masjid #2

Hidup di negara lain sebagai minoritas itu nggak gampang. Khususnya soal masjid. Untungnya Singapura masih tetanggaan dan banyak orang me...