Sudah banyak cerita perjalanan dari travel blogger yang tak kalah seru, mungkin lebih menarik juga dari pada saya. Namun, tulisan saya kali ini semoga bisa membantu dari segi
estimasi waktu dan biaya ala Gembel Traveler.:D Ketika itu, saya pergi bersama teman supaya bisa share cost untuk transportasi, keamanan, dan lain-lain. Rute perjalanan kami
yakni Yangon – Mandalay–Bagan – Yangon.
Perjalanan dari Indonesia ke
Kuala Lumpur (KL)
Saya dan seorang kawan,
kami berdua berburu tiket dari maskapai
yang sering menawarkan promo gila-gilaan. Lebih tepatnya,
kawan saya (Rani) yang berburu karena dia lebih berpengalaman traveling. Kami
janji bertemu di bandara KL, dan sebelum pergi ke Yangon Kami
jalan dulu di Malaysia.
Perjalanan dari Kuala
Lumpur Ke Yangon
Dari Kuala Lumpur menuju Yangon Myanmar pukul 06.30. Sampai
di Yangon pukul 08.00. Waktu di sana lebih lambat 1 jam 45 menit dari Malaysia.
Kami langsung menukar uang di money
changer di depan pintu keluar. Tulisannya jelas dan sangat mudah dicari.
Saya amati kursnya sama, nggak ada yang lebih besar atau kecil, jadi saya nggak rugi-rugi bangetlah. Dari money changer, kami berjalan kira-kira 20 langkah dan
langsung menemukan penjual paket data dan pulsa. Nah ini, kalau dari review traveler, aman menggunakan indosat oreedoo. Segera kami beli
untuk 5 hari kedepan. Saya beli 3GB untuk 1 bulan dengan harga 3500KS. Pada perjalanan saya kemarin kurs 1USD = 1500KS. Kalau dirupiahkan
kira-kira 1000KS =RP.10.000.
Menuju Sule Pagoda
Masih di bandara, kami langsung cari makan. Kebetulan ada KFC. Saya pesan nasi, ayam,
dan air mineral totalnya
2300KS. Setelah makan, kami menuju Kota Yangon menggunakan bis OMNI FOCUS menuju Sule Pagoda
dengan harga tiket 500 KS. Mudah sekali dicari karena bis
ini berada persis di
depan Gate 2.
Bis dari Yangon Internasional Airport menuju Sule Pagoda
Ingat Bis
di Jawa Tengah
Saya pikir, bis di
Myanmar ini lebih ganas dari bis yang
pernah saya naiki saat mahasiswa dulu. Transportasi di Yangon bisa dibilang cukup ekstrim. Saya nggak lihat motor berkeliaran
di jalan besar. Jadi makin mempermudah usaha supir bis untuk ngebut macam di
sirkuit F1. Meskipun begitu, bis nggak bisa sembarangan diberhentikan karena di
sana ada halte. Beda
dengan taksi,
transportasi paling umum di Myanmar, bisa diberhentikan
di mana saja. Cuma, taksi mahal banget, gengs. Dari bandara ke Sule Pagoda
naik taksi dapat harga normal
10.000 KS.
Terjebak di Sule Pagoda.
Nggak
Bisa Ke Mana-mana
Setelah naik roaler coaster
(maksudnya bis
yang ngepot sana-sini itu), kami
menempuh perjalanan
kurang lebih 45 menit untuk sampai ke Sule Pagoda. Sampai di lokasi, saya jalan sambil menikmati Kota
Yangon yang mendung menuju travel agent untuk membeli tiket ke Bagan. Ini juga mudah banget
dicari, meskipun harus banyak bertanya karena tulisan yang
mirip cacing
di seluruh sudut kota tentu nggak bisa kami
pahami. Lokasi travel agent masih di sekitar Sule Pagoda.
Arahnya dari tempat berhenti bis lurus sampai Sule Pagoda
belok kanan sedikit, dekat traffic light, dan
penjualnya bisa Bahasa Inggris jadi lebih mudah kami
berkomunikasi. Di
situ, kami nggak
langsung ambil tiket ke Bagan karena naiknya harus ke Terminal Aung
Mingalar. Ini jauh banget, perjalanannya 1 jam. Kami nggak sanggup harus kesana. Mana
gendongan berat,
bok! Biaya naik taksi ke terminal
itu juga mahal 10.000 KS.
Ada referensi lain
katanya yang dekat Yangon Railway Station, tapi saya nggak mencari kesana.
Duh, punggung
mau rontok!
Sule Pagoda, Yangon
Rencana yang Nggak Sesuai Kenyataan
Benar sekali itu meme yang
sering membandingkan antara ekspektasi dan realita.
Bedanya bisa jauh banget. Saya sudah membuat itinerary agar sesuai dengan apa yang
sudah kami rencanakan. Namun, kenyataannya, bikin saya kudu
ngelus dada. Sabaaaaaarrrrr!
Saya putuskan untuk jalan kesana kemari,
tanya ke orang-orang.
Tiba-tiba saya didekati oleh seorang kakek yang baik hati dan bisa Bahasa
Inggris! Ini paling penting, hahaha. Kami diajak muter nyari tiket ke Bagan. Nggak jauh dari traffic light ada travel agen juga.
Gampang nyarinya karena ada gambar beberapa maskapai dan bis diatasnya. Di
sini, tiket ke
Bagan juga habis.
Kami berpisah dengan kakek baik hati ini dan tetap
melanjutkan perburuan tiket, sampai berkeliling Sule Pagoda dan nggak menemukan titik terang. Tiba-tiba ada orang menghampiri
kami, dia bisa bicara Bahasa Inggris. Kami berkenalan dan dia mau mengantar kami ke travel agent dengan berjalan kaki. Cukup jauh, nggak saya
rekomendasikan karena saya sendiri lupa alamatnya. Ternyata disana pun tiket habis.
Bapak penjaga agen merekomendasikan
kami nggak ke Bagan tapi ke tempat lain. Sempat bingung dan kesal, karena kami
benar-benar ingin ke Bagan. Akhirnya saya membuat opsi, meminta salah satu dari
kami kembali ke travel agent yang dekat Sule Pagoda. Nggak masalah deh kalau harus ke Aung Mingalar. Rani
kawan saya
yang kembali ke
travel sebelumnya, sementara saya menunggu lumayan lama. Dan teman saya telpon ternyata tiket
Bagan habis, adanya Mandalay. Padahal sebenarnya Mandalay nggak ada sama sekali
dalam rencana kami, karena kami sudah hunting
Bagan dan Inle Lake. Tanpa pikir panjang kami beli tiket Mandalay, berharap
bisa ke Bagan dari Mandalay.
Kami yang sudah memesan hostel di Inle terpaksa batal diinapi alias
hangus. Kami merancang
jadwal dengan waktu kami yang hanya 5 hari untuk 3 kota dan jaraknya jauh-jauh. Kami nggak mau waktu jadi terbuang untuk
perjalanan. Yah, apa boleh buat.
Beginilah jadinya.
Kami ke Bagan tapi harus ke Mandalay dulu karena tiket yang
langsung menuju
Bagan sudah habis.
Oh ya, saya nunggu
di tempat ini nggak sendirian.
Saya bersama salah seorang mahasiswa
Yangon University jurusan Bahasa Inggris. Pria inilah yang
sejak menemani saya di
travel agent ini, pada akhirnya ngajak saya nikah dong!
Yasalaaaaam! Saya ceritain di bagian lain deh nanti.
Keliling Pulau
yang Pernah
Kena Tsunami
Setelah dapat tiket ke Mandalay dengan harga 18.000KS, kami
menuju hostel bersama teman baru naik taksi. Ongkos taksinya dibayari oleh teman baru kami ini, dan ngga mau diganti.
Kami transit di Hostel
9. Saya merekomendasikan penginapan ini yang bisa diakses melalui aplikasi Agoda.
Banyak traveler dari seluruh dunia menginap disini. Di hostel,
kami bersih-bersih,
charge HP, menyimpan ransel, istirahat, dll.
Pukul 15.00 kami diajak pergi berkeliling kesebuah pulau.
Disebut Island. Kami
naik kapal, tidak begitu lama. Saya nggak tahu apakah nama tempat ini memang dinamakan Island. Pengucapan orang Myanmar
berbeda dengan orang Indonesia. Di Island, lingkungan dan suasananya mirip dengan daerah pedesaan di
Indonesia.
Di Island juga ada beberapa destinasi
wisata, seperti Snake Pagoda, tempat pembuatan Longyi (mereka menyebutnya
Longji), dan Shwe Sandaw Pagoda.
Snake Pagoda, Yangon
Selama berkeliling di Island, kami menggunakan Thuk-thuk (Mirip Bajaj,
hanya saja lebih kinclong dan kekinian). Sebagian besar tempat wisata disini merupakan tempat ibadah,
yakni pagoda. Saya nggak
menghabiskan waktu lama di Yangon karena akan kembali lagi pada hari terakhir.
Jadi nanti lagi aja deh jalan-jalannya, pas terakhir ada di Myanmar.
Pukul 18.00 kami kembali menyebrang ke Yangon, bersiap ke
Terminal Aung Mingalar. Saya naik Grab Car dan ongkosnya 10.000KS. Saran saya jangan terlalu mepet kalau
di Yangon sedang traffic jam. Selain
jaraknya jauh, agak sulit juga menemukan agen bisnya. Saat supir Grab datang, meskipun nggak bisa Bahasa Inggris,
beliau saya kasih tiketnya. Intinya saya minta diantar ke agen bis ini.
Makanan Halal
Begitu sampai di terminal, saya beli makan di sekitar agen bis.
Cukup unik dan butuh perjuangan soal makan ini, mengingat saya
muslim dan tentu harus mengonsumsi makanan halal. Saya datang ke warung makan
sambil membuka google, mencari gambar babi lalu menunjukkan kepada penjual makanan di
warung makan tersebut. Saya bilang, “No this.” sambil menunjuk ponsel. Seluruh
pengunjung yang sedang makan pun langsung senyum-senyum melihat kami. Menunya
ayam dan nasi dengan campuran kacang hijau. Disediakan juga sayur rasanya asem.
Saya membayar 1800KS sudah termasuk air
mineral. Ini juga perlu
jadi pertimbangan, dari Indonesia saya sudah bekal oat, biskuit dan susu,
ternyata berguna, jujur lidah saya tidak cocok dengan makanan Myanmar.
Pukul 21.00 kami naik bis dan diberi kartu kalau kami barang-barang
kami dititipkan di
bagasi, sesuai nomor kursi. Perjalanan memakan waktu kira-kira 10 jam. Ada istirahat sebentar,tapi saya bilang ke kondektur kalau saya nggak mau turun, mau tidur aja.
Anggaran Biaya Hari 1
PAKET DATA
|
3500 KS
|
|
SARAPAN
|
2300 KS
|
|
BIS
|
500 KS
|
|
TIKET MANDALAY
|
18.000 KS
|
|
MAKAN MALAM
|
1800 KS
|
|
TAKSI KE TERMINAL
|
10.000 KS/2 ORANG
|
INI SHARE COST SAMA TEMEN SAYA
|
|
36.100 KS
|
31.100 KS
|