Minggu, 08 Desember 2019

Solo Backpacking ke Singapura #1


Seneng banget akhirnya saya nulis lagi, menceritakan segala hal yang saya alami pas traveling keluar negeri. Khususnya di bagian ini, saya mau berbagi pengalaman, gimana sih persiapan ke SPORE. Yeay! Kalo kata warganet, yaelaaah!Udah banyak kali yang nulis tentang Singapore.

Yap. Bener. Udah banyak banget, bahkan detil, informatif, dan keren-kerenlah pokoknya. Saya mau cerita aja, sih, intinya. Cerita pengalaman buat traveler pemula yang mau jalan-jalan dengan anggaran minimalis alias low budget. Syukur bisa jadi referensi kalian yang dalam waktu dekat ada rencana backpacking ke luar negeri.

Kenapa Milih Singapura?

Sebab saya belum pernah kesana. Alasan standar, ya, hahaha. Ya, gimana, ya. Bisa dibilang saya traveler pemula, baru pernah menjajaki Malaka dan Myanmar, lalu yang ketiga ini Singapura. Saya memang berniat menjelajah Asia Tenggara dulu, terus merembet ke negara-negara tetangga yang masih satu benua, sampai akhirnya nanti ke negara-negara di Barat sana. Insyaa Allah. Semoga terwujud. Aamiin.

Bagi saya, Singapura itu negara tetangga yang maju, regulasinya bagus, ramah traveler banget, meski biaya hidupnya tinggi (ini yang bikin nyesek). Alasan ini juga yang bikin saya pada akhirnya berani jadi solo traveler ke Singapura. Negara yang ada patung singa buang ludah nggak berhenti-berhenti itu memang terkenal ramah traveler karena transportasi umumnya mudah banget diakses. Bahasa yang dipakai juga Bahasa internasional alias Bahasa Inggris, bahkan banyak yang pakai bahasa melayu.

Saya lihat juga di sana minim kejahatan, warganya baik-baik, dan disiplin. Saya dapat pemandu walaupun via online karena si pemandu ini nyambi kerja. Destinasi wisata terkenal mudah sekali diakses, petunjuk-petunjuknya jelas,sudut-sudut kotanya pun mudah dijangkau.

Ngobrolin soal solo traveling saya ini, walaupun ke negara tetangga yang tergolong aman, damai sentosa, tetep aja, lho, butuh persiapan matang. Kadang-kadang, sering juga sih, ada traveler yang berangkat tanpa mikir persiapan. Persiapan di sini konteksnya pasti ribet. Mulai dari riset barang bawaan, itinerary, budaya negara tujuan, sampai dokumen administrasi (buat yang baru pertama ke LN).

Contoh, saya punya temen, namanya Robi dari Bogor. Kata dia,“Namanya juga traveling, ya. liat nanti apa yang akan kita hadapi.

Hmmm beda gaya dengan saya. Saya tipe yang mengantisipasi dan menghitung-hitung pengeluaran, membandingkan, observasi biar nantinya ditempat baru nggak gamang dan nggak nge-blank banget karena terbantu sama persiapan yang oke. Meminimalisir kesalahan yang nggak diperlukan aja, sih, sebenernya.

Ini dia, persiapan yang saya lakukan:

Tiket

Negara yang saya kunjungi relatif dekat dan cenderung jadi destinasi populer orang Indonesia. Jadi untuk tiketnya pun relatif murah. Saya kebetulan dapat harga 294rb dari maskapai Airasia. Memang rata-rata untuk tiket berangkat tergolong murah. Nah, tiket pulang, saya nggak langsung beli hari itu juga, pada saat yang sama ketika saya pesan tiket berangkat. Saya pantau harga-harga tiket pakai aplikasi skyscanner. Ada di playstore.

Kenapa pakai aplikasi ini? Sebelumnya saya riset dan baca referensi aplikasi apa yang bisa bantu kita supaya tau harga tiket setiap harinya. Salah satu aplikasinya adalah ini. Aplikasi ini isinya tentang kisaran harga tiket dari hari ke hari, dari berbagai maskapai.

Nah, yang kita perlu tau adalah aplikasi ini bukan penjual, ya. Cuma pencari aja. Nanti kita bisa dihubungkan lewat aplikasi ini ke website maskapainya. Saya juga kadang-kadang cari tau kapan tiket murah untuk ke negara lain.

Misalnya, H-2 minggu saya nggak kunjung dapat tiket dengan harga sesuai kantong, saya beli di marketplace yang jual tiket, semisal traveloka. Saya dapat promo lumayan, potongan Rp200 ribu. Saya dapat tiket pulang pakai maskapai Scoot Airlines, total Rp801 ribu dari harga awal 1 jutaan. Jadi rajin-rajin riset dan cari promo, ya. Kalau bisa murah kenapa cari yang mahal?


 Hostel

Saya pilih hostel sebagai tempat nginep. Kenapa nggak hotel aja? Sebelumnya, perlu diperjelas dulu kalau hotel dan hostel itu beda. Soalnya masih banyak juga yang belum tau. Hotel punya kamar private, kamar mandi dalam, kelengkapan fasilitas tergantung jumlah bintang/nilai berapa hotelnya.

Hostel, dalam satu ruangan/kamar ada banyak tempat tidur. Ada yang 12, 8, dan 4. Masing-masing tempat tidur dipisah dengan sekat. Kamar mandinya di luar dan ada loker sebagai tempat penyimpanan barang. Fasilitas dipakai bersama. Harga tentu murah dibandingkan hotel.

Harga hostel di Singapore relatif mahal, sekitar Rp250 ribu keatas. Alhamdulillah saya dapat promo dari traveloka, semalam jadi 75ribu. Kalau nggak rajin cari promo, ya, dapatnya mahal-mahal.

Hostel pertama saya yakni ABC Hostel. Di sini banyak banget orang Indonesia. Rasanya kayak dirumah sendiri aja. Buat milih lokasi hostel, saya sesuaikan dengan destinasi yang saya kunjungi, jadi nggak repot harus pindah-pindah. Di hostel kedua saya milih yang dekat MRT biar aksesnya mudah, nggak jalan terlalu jauh. Namanya ABC Premium Hostel.

Di hostel kedua juga masih sama, kebanyakan isinya orang-orang Indonesia. Sayangnya, harganya lebih mahal. Umumnya Rp250ribu, tapi saya dapat Rp200 ribu buat 2 malam. Lalu saya pindah hostel lagi ke New Society Backpacker’s Hostel. Nah, tempat ketiga ini banyak banget traveler asing, bukan lagi didominasi orang Indonesia. Asyik, soalnya saya jadi berasa bener-bener lagi di LN karena ketemunya bule-bule. Ini hostel paling mahal diantara yang lain, saya dapat Rp125ribu/malam.


EZ Link

EZ Link adalah salah satu kartu akses perjalanan di Singapura. Kalau di Indonesia kayak E-money. Kenapa nggak pake tourist day pass? Tourist day pass memang unlimited dalam sehari, tapi kita harus kasih deposit yang di akhir nanti uang depositnya bisa kembali. Harganya 20SGD kalau dirupiahkan jadi Rp200ribu, 10SGD untuk deposit.

Saya traveling selama 6 hari di Singapura yang mana kalau pake TDP bisa habis 60SGD/Rp600ribu. Sementara saya beli EZ link cuma Rp80ribu, isi nya 5SGD. Dalam 6 hari saya top up di Seven Eleven 20SGD. Pas pulang masih sisa 4SGD. Jadi kurang lebih habisnya cuma 21SGD. Kebayang, kan, bedanya jauh banget? Jadi, pertimbangkan dengan bijak dan matang kebutuhan kita apa dan solusinya gimana.

Saya beli EZ link di traveloka pas ada promo, terus redeem di Changi Airport. Semua terminal ada, jadi memudahkan kita. Kalau ke Sentosa ada sendiri tiketnya. Lewat vivo city harganya 4SGD. Bisa juga naik cable car yang mana kalau beli on the spot mahal, kalau lewat klook bisa dapat 250rb aja.

    EZ LINK


Simcard

Saya dapat harga murah Rp100ribu udah dapat M1 100GB, free telpon dan SMS internasional, masa aktif 7 hari. Saya beli di Klook. Sinyal lancar jaya sampai barat Singapore. Kalau beli di Changi, harga sim cardnya bisa buat makan 1 hari, yakni sekitar 15SGD. Saya redeem ini di Changi Airport Terminal 3. Ada minimarket, namanya Cheers. Saya redeem disitu.
Sim Card M1


Meal and drink

Kita bisa pesen makan via Klook karena dijamin harganya lebih murah dibandingkan beli di resto atau kedai makannya langsung. Pas saya order, saya milih fitur makanan halal. Keluarlah Marry Brown. Harganya sekitar Rp45ribu. Minuman juga saya pesan Li Ho Tea harganya Rp23ribu. Cara redeemnya harus pakai internet, ya, karena harus buka aplikasi. Nggak bisa kalo cuma modal skrinsutan.

Singkat aja ulasannya. Kira-kira ini tips praktis yang bisa jadi petunjuk tipis-tipis buat yang mau ke Singapura, khususnya yang baru pertama kali ke LN dan milih Singapura sebagai destinasi pertama. Semoga bermanfaat, ya! Tunggu petualangan saya selanjutnya, yang mana nanti dibagiin juga pengalamannya buat referensi newbie traveler.

    Li Ho Tea

Kalau ada pertanyaan atau apa pun, bisa komen di bawah. Makasih udah baca sampai selesai :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Solo Backpacking ke Singapura: Mampir ke 4 Masjid #2

Hidup di negara lain sebagai minoritas itu nggak gampang. Khususnya soal masjid. Untungnya Singapura masih tetanggaan dan banyak orang me...